Sabtu, 29 Mei 2010

cosplay

aku ge tergila-gila banget yang namanya cosplay (ntah napa). cosplay ato yang lebih lengkapnya costum player ni dah ngiming-imingin aku dari skitar 3 bulan lalu. sbenernya pengen nyoba sih, tapi bingung. kendalanya sih soal kosumnya. bingung mo cosu pa. ==
akhirnya ku putusin buat cosu misa amane. ^^
soal kostum? in progess. da temenku kok yang mo ngenalin. tapi karna katanya penjaitnya ge bulan madu yah trpaksa nungguin.
napa gag beli online? karna ribet! harus pake atm sgala (padahal atm ke blokir). pengen pinjem aneki takut di gampar. =,=
yah, doain ja deh bear aku cepet-cepet mewujutkan impianku ntu *??*
ganbatte vo me~ XP

ROLLING STAR

Mou gaman bakka shiterannai yo
Iitai koto wa iwanakucha
Kaerimichi yuugere no basutei

Ochikonda senaka ni bai bai bai
Kimi no FIGHTING POSE misenai gao!
Yume ni made mita you na sekai wa

Arasoi mo naku heiwa no nichi jyou
Demo gen jitsu wa hibi to rabu de
Tama ni kuyandari shiteruSonna ROLLING DAYS!
koron jattatte iin ja nai no

sontoki wa waratte ageru
norikon da basu no okukara
chiisaku hohoemi ga mieta
kimi o tayori ni shiteruyo Oh! Oh!
yume ni made mita you na Sweet Love

koibito tachi wa kakurega o sagasu no
demo genjitsu wa aenai hi ga
tsuduki nagara mo shinjiteru no Rolling days
tsumazui tatte Way to go!!

Yeah!! Yeah!! doro darake Rolling star!!
narubeku egao de itai keredo

mamorinuku tame ni wa shikatanai desho ?
kitto uso nante souimi o motanai no
All my loving
sou janakya yatterannai
yume ni made mi ta you na sekai wa

arasoi mo naku heiwa na nichijou
demo genjitsu wa hibi torabutte
tamani kuyan dari shiteru sonna Rolling days
sou wakatterutte

tsumazuitatte Way to go!!
Yeah!! Yeah!! doro darake Rolling star!!

LUV

hahaha...
lagi suka ma seseorang nih. semoga ja cinta ini terbalas. walo skarang ku tau amu dah punya ceue. =="
tapi dengan menjadi sobatmu ja aku dah seneng kok. ^^
Luv U much!!

hatiku tentangmu

ku buang seluk-beluk bayangmu di hatiku..
menghanyutkan sejuta kenangan sendu..
memecahkan air mata yg telah rapuh..
hingga angan tak sanggup ku tempuh..

hanya satu yang membuatku teguh..
oleh senyuman-senyuman palsumu..
serta tatapan kosongmu..
yang seolah memberi harapan semu..

MOM'S LOVE

"Braak…"
Kau masih diam di tempatmu. Gurat-gurat kesedihan diwajahmu menyorotkan tanda tak percaya. Namun apa yang terjadi itu memang nyata, Kushina. Ya, pemuda yang baru saja menutup pintu kamarnya memang anakmu, buah hati yang kau sayangi. Kau pun melangkahkan kakimu menuju ruang tengah. Membanting tubuh rapuhmu ke sofa dengan lemah. Aku tau kau sedang cemas Kushina, karena itu tersorot dari matamu. Kau cemas kepada anakmu yang mengurung diri selama beberapa hari ini, bukan? Kata-kata anakmu pun masih terngiang di benakmu.
"Kaa-san, aku butuh waktu sendiri. Tolong jangan ganggu aku dulu."
Kau hanya tersenyum lemah mengingat itu.
"Apa aku salah mencemaskan anakku sendiri? Yang telah mengurung dirinya beberapa hari ini?" tetes-tetes air mata pun mulai berurai dari mata indahmu. Tidak, kau tak salah mencemaskan buah hatimu. Anak yang telah kau kandung dan kau rawat dengan penuh rasa cinta hingga saat ini. Kau pun mulai pergi kekamarmu. Ya, kau mungkin membutuhkan waktu untuk menenangkan dirimu. Biarlah waktu yang menjawab semua tangismu.
--oo000oo—
Kau perlahan membuka mata lentikmu. Aku tau, kau sangat segan untuk bangun. Tapi ini memang pekerjaan seorang ibu bukan? Menyiapkan sarapan di pagi hari. Aku tau perasaan cemas yang menghinggapimu beberapa hari ini masih bersarang di otakmu, menyelusup ke hatimu, dan menggoncangkan batinmu. Matamu segera terbelalak saat sampai di ruang makan, yang sudah terisi penuh dengan masakan lezat.
"Apa ini?" Ya, aku tau kau sangat kaget. Tapi, mungkin inilah jawaban atas semua kesahmu.
"Kaa-san, selamat hari ibu." Anakmu, Naruto, yang sangat kau sayangi datang menghampirimu dan segera memeluku. Sebuah kotak besar, hadiah yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya menyelusup di tangan lembutmu.
"Ini apa, Naru?" dengan masih terkejut, kau menanyai anakmu.
"Ini hadiah untuk Kaa-san. Ini ku buat selama beberapa hari ini."
Dengan perlahan kau membuka hadiah itu. Tanganmu bergetar. Dan, matamu segera membulat sempurna. Sebuah sweater cantik berwarna merah kini telah berada di genggamanmu, hadiah dari anakmu, yang bahkan ia buat sendiri. Bukannya itu sangat menggembirakan, Kushina?
"Ini aku buat sendiri lho! Aku belajar memasak dengan Sakura. Dan belajar merajut dengan Sasuke. Sebentar lagi kan musim dingin, semoga Kaa-san mau memakainya." Ujar anakmu menjelaskan, dengan pandangan penuh rasa harap padamu. Kau segera memeluknya. Rasa hangat pun mulai merasuk ke hatimu.
"Terima kasih, Naru. Dan jangan buat Kaa-san cemas lagi." Kau pun tersenyum hangat bersama anakmu. Semua rasa cemasmu pun menguap, tergantikan oleh rasa bahagia yang amat sangat. Tersenyumlah Kushina, selamanya…
--oo000oo—
FIN
--oo000oo--

LOVE

Love is...
* illusion if you can't realize it
* happiness if you can feel that
* pain if you've been betrayed it
* life if you die without it
* dream if you've imagine it
* wonder if you can faith
* drug if you very need that
* everything if you can know it
* hope if you believe it
* just world if you just read it
* nothing if you ignore it!

Selasa, 25 Mei 2010

lembar terakhir nika's deary

Lembar Terakhir Nika’s Deary


Malam telah larut, namun aku masih terjaga di tempat tidurku. Suara hujan yang menghujam bumi, dan guntur yang menggelegar datang menemaniku. Disinilah aku, terpuruk sendiri dengan air mata berurai. Namun ku tetap bisu, lidahku terlalu kelu. Perlahan, ku gores kata demi kata di buku deary ini. Mengucapkan seluruh penat yang kemudian sedikit demi sedikit hanyut dan luruh.


Dear, deary…

Hari ini hatiku hancur, lagi… Aku tak tau mengapa aku masih bisa mencintainya, yang telah memberiku luka. Aku terlalu benci untuk menerima kenyataan. Deary, aku tau bahwa aku salah, karena telah menabur benih di ladang yang tandus. Hingga tak ada hasil yang dapat ku panen untuk seluruh jerih payahku. Huff… Deary, kini kau mau kan menjadi pendengr seluruh jenuhku? Inilah sebuah kisah tragis yang akan ku ceritakan di malam dingin ini…

--oo000oo—

Hari senin yang cerah. Jam sudah menunjukan pukul 6.30 pagi saat aku baru memasuki kelas XI IA 2 di SMA N 3 Harapan tercinta ini. Ya, suara riuh segera menyambutku karena teman-temanku yang ribut sendiri-sendiri.

“Pagi semua!” Ucapku sambil tersenyum lebar. Beberapa teman-temanku menyahuti. Dan aku pun segera duduk di bangku kesayanganku.

“Eh, Nika. Kau bawa topi double nggak? Soalnya aku lupa nggak bawa.” Tanya temanku, Lely, penuh harap.

“Duh, soir bro, aku nggak bawa lebih.” kataku padanya. Dia sedikit kcewa saat aku mengatakan itu.

“Yah… Terus gimana dong? Ya udah deh, kamu sekarang temenin aku ke Kopsis ( koperasi sekolah), ya?”

“Lha? kok aku sih?”

“Pokoknya harus!” Dia pun menarikku untuk pergi bersamanya. Tak peduli dengan raungan protes dariku.

“Eh, Ka. Kau mau ikut ke dalam atau mau nunggu di sini?” Tanya Lely saat kami sudah sampai di depan Kopsis.

“Aku di luar aja deh.”

“Ya udah kalo gitu.jangan ninggalin aku lho ya!”

“Iya, tenang aja.” Diapun tersenyum dan meninggalkanku. Matakupun jelalatan melihat ke arah gerbang sekolah, melihat-lihat siswa-siswi yang baru masuk sekolah. Ya, kopsis ini memang berada cukup dekat dengan gerbang sekolah. Dan, bingo! Wajahku segera berbinar-binar saat melihat sosok yang baru saja memasuki gerbang dengan mengendarai motornya. Pangeranku datang! Wah, senangnya dalam hati. Namun, what is that?! Dia bersama seorang cewek! Dan, tunggu dulu, bukannya itu Neyla? Teman sebangkuku. Aku segera lemas. Hatiku hancur. Hatiku bercampur antara rasa cenburu, sedih dan marah.

“Hoi! Pagi-pagi jangan ngelamun, non! Well, lagi ngliatin apa sih?” kata Lely mengagetkanku.

“Yee... apaan sih?”

“Eh, itu bukannya Raka dan Neyla? Wah, mereka berangkat bareng tuh! Pasti ada apa-apanya nih! Ternyata, nggak cuman dikelas aja mereka deket, diluar kelas mereka ternyata deket juga ya!' cerocos Lely dengan cepatnya. Hei! Tak taukah kau aku cemburu!

“Iya, ya. Wah, top couple minggu ini nih!” kataku mencoba menutupi kepelikanku dan tersenyum terpaksa.

“Tapi kan mereka belum jadian. Yah, kita tunggu aja deh kabar selanjutnya. Well, balik ke kelas yuk!”

“Hayuk!” kami pun berjalan beriringan menuju kelas.

Hari ini pun aku lalui dengan perasaan kalut. Ya, apalagi Raka semakin dekat saja dengan Neyla. Hei, Raka! I love you, you know? Do you know it? I believe not. Haha... miris aku melihat diriku yang jatuh cinta padanya tapi tak bisa melakukan apa-apa. Teman-temanku mulai bertanya, kemanakah Nika yang hiperaktif itu? Karena Nika hari ini sedikit murung. Huff... tak taukah kalian aku patah hati? Tentu saja nggak! Bodohnya aku. Saat pelajaran terakhir, pelajaran bahasa Indonesia, aku pun menyikut sedikit Neyla. Ya, kami sebangku.

“Ehem... kayaknya lagi ada yang seneng nih!” kataku setengah berbisik.

“Apaan sih.” katanya sumringah. Munafik banget sih!

“Tadi pagi kayaknya aku ngliat pangeran dan puteri brangkat bareng deh. Sapa, ya?”

“Eh, apaan sih loe? Aku tuh nggak ada apa-apa tau sama Raka.”

“Ada apa-apa juga nggak pa-pa kok.” kataku menggoda. Sungguh, aku sakit banget waktu mengatakan itu. Kamipun mengobrol setengah berbisik, dengan topik Raka lah tentunya. Uh, pedih... Neyla, kalau kau tau aku suka Raka gimana ya reaksimu?

Dan saat pulang pun tiba. Sungguh, aku tak mau melihat semua ini! Aku benci! Aku mengutuk diriku sendiri yang melihat kejadian ini! Dengarlah sodara-sodara, Raka dan Neyla pulang bareng! Lagi! Well, aku bener-bener nggak bisa nerima ini semua. Aku pun segera pulang kerumah dan mengurung diri di kamr hingga saat ini. Menangis, meraung, frustasi...

-oo000oo--

Dear, deary...

Sungguh, aku tak ingin menerima semua kenyataan pahit ini. Terlalu sakit. Mungkin benar kata hatiku, aku harus melupakannya. Berbahagialah dia dengan cintanya. Deary, hari ini, kau akan menjadi saksi atas janjiku. Aku, akan menutup lembar cinta ini dan mengubur dalam-dalam puing-puing hati ini. Karena ku tak mau lagi terlukai. Selamanya...


TAMAT


Minggu, 25 April 2010

Di balik klesedihan

DIBALIK KESEDIHAN

Braakk…

Aku menutup pintu kamarku keras dan segera menguncinya. Dari luar terdengar teriakan dan gendoran pintu keras. Aku hanya bisa terpuruk dan terisak.

“Mengapa selalu begini, Tuhan?” kataku miris.

“SHA! CEPAT BUKA PINTUNYA! DASAR ANAK KURANG AJAR! SHA…” Terdengar teriakan Papa dari luar. Aku hanya diam, terisak. Ya, inilah kehidupanku. Ini semua terjadi sejak Papa menjadi pengusaha sukses. Papa jadi egois, pemarah, tidak perhatian dengan keluarga, dan… suka memukuli Mama. Jadi, apa salah jika aku menentang Papa? Oh, Tuhan, kuatkanlah aku dan Mama. Perlahan, aku bangkit dan meraih HP di meja kecil di sebelah ranjang. Aku tak peduli dengan gendoran pintu dan teriakan itu, aku sudah kebal. Kalau Papa capek pasti akan berhenti sendiri, kan? Aku segera memencet beberapa nomor dan menelponnya.

Ada apa, bodoh? Kau tak tau, ya? Ini sudah larut.” Kata Gio saat dia menerima teleponku. Aku hanya diam, lidahku terlalu kelu untuk menjawab.

“Suara gendoran dan teriakan apa itu? Jangan bilang kau…”

“Ya, Gio. Aku bertengkar lagi dengan Papa. Tadi Papa memukul Mama lagi. Aku… aku tak tega Mama di perlakukan seperti itu.” Kataku miris.

“Kau yang sabar ya. Aku yakin ini semua pasti akan berakhir.” Kata Gio menasehatiku.

“Aku capek, Gio. Papa tak pernah berubah.”

”Aku yakin dia akan berubah. Percayalah padaku. Sekarang kau yang tenang, ya? Dan segeralah tidur. Besok kita harus sekolah.” Kata Gio menenangkan.

“Ya. Makasih ya, Gio.”

“Sekarang kau tidurlah.”

“Ya. Met tidur.” Aku segera menutup teleponku. Gio, dia adalah sahabat terbaikku. Dia tau seluk beluk kehidupanku, sampai hal terpelik sekalipun. Dia selalu ada disaat aku butuh seperti saat ini.

Huff… aku pun segera berbaring di kasurku dan mulai terlelap. Setidaknya aku masih punya dunia sendiri dimana aku bisa berhenti sejenak dari masalahku.

--oo000oo--

Matahari telah beranjak dari peraduannya. Membangunkan setiap makhluk yang ada di dunia. Niesha pun membuka mata setelah beberapa jam tertidur dalam buaian mimpi. Bekas air mata dipipinya masih terlihat. Dia pun segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Semuanya dia kerjakan dengan malas-malasan, kalau dia bisa memilih, dia pasti akan lebih memilih mati saja. Dia pun segera keluar dari kamarnya menuju ruang makan. Disana, dia bisa melihat seorang wanita cantik sedang mengoles roti dengan selai. Walau dia tak berhasil menutupi pipinya yang lebam.

“Pagi, Mama.”

“Ah, Sha. Kau sudah siap? Sarapan dulu, ya? Nih, Mama buatin roti kesukaanmu.” Kata Mamanya tersenyum lembut.

“Iya, Mama. Mama baik-baik saja, kan?”

“Ya, Mama baik-baik saja kok. Kau jangan terlalu memikirkan ini ya, Sha?”

“Tapi, Papa sudah keterlaluan. Kita selalu disiksa. Sebagai seorang anak aku harus melindungi Mama, kan?”

“Sha, kau tau kan? Aku sangat mencintai Papamu. Walau seperti apapun dia.” Niesha terhenyak. Ya, dia tau Mamanya sangat mencintai Papanya.

“Niesha pergi dulu.”

“Hati-hati dijalan.” Mamanya hanya dapat melihat kepergian anaknya dan tersenyum hambar.

--oo000oo—

“Pagi semua!!” teriak Niesha lantang di depan kelas. Yang lain cuman nutup telinga, karena suara cempreng Niesha yang sudah kayak sepuluh toa itu. Niesha sih cuman nyengir saja dengan innocentnya. Dia pun langsung melesat duduk dibangku tercintanya. Niesha bersekolah di SMA N 1 Cahaya dan sudah kelas XI.

“Hoi, Gio! Pagi-pagi jangan ngalamun!” kata Niesha sambil menyenggol Gio. Mereka memang duduk sebangku.

“Hn.” Cowok emo itu menjawab singkat, cair, dan nggak jelas.

“Ah, bicaramu pelit sekali sih!” kata Niesha sambil menggembungkan pipinya.

‘Oh, Tuhan… kenapa kau ciptakan makhluk semanis dia sih?’ batin Gio sambil menutupi pipinya yang memerah.

“Eh, Gio. Besok kan ada ulangan matematika. Tolong ajari aku, ya?”

“Hn. Kapan?”

“Gimana kalau nanti saja sepulang sekolah? Dirumahmu tapi.”

“Oke. Tapi ku peringatkan kau, walau kau belajar sampai mati pun kau tak akan pernah bisa, bodoh.” kata Gio tersenyum mengejek.

“Apa kau bilang! Yang penting kan aku sudah berusaha.”
”Kau kan bodoh!”

“Apa kau bilang!”

“Hoi, kalian yanag dibelakang! Bertengkarnya dilanjutkan nanti saja.” Ucap Pak Anwar, guru fisika mereka, yang ternyata sudah masuk kekelas. Terpaksa, Niesha dan Gio menyudahi ‘obrolan’ mereka dengan perasaan gondok.

--oo000oo—

“Hoi, Gio! Kalau soal nomor tujuh ini cara menyelesaikannya pakai rumus apa?” Tanya Niesha yang sedang membuat soal-soal matematika kepada Gio. Mereka sekarang ada dikamar Gio. Ya, mereka selalu belajar kelompok bila sudah pulang sekolah. Gio pun segera menghampiri Niesha yang sedang duduk diatas kasur king-sizenya.

“Gini caranya.” Gio pun mulai menjelaskan kepada Niesha dengan menggunakan rumus yang termudah mengingat temannya yang sangat lemot dalam meresapi penjelasan seperti ini.

“Oh.. gitu ya.” Jawab Niesha sambil mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.

“Huff.. yasudah, kau buat yang lainnya juga.”

“Tanpa kau suruhpun pasti akan ku buat Gio!” kata Niesha sambil kembali tenggelam dalam membuat soal-soal ‘nista’ itu. Gio hanya diam, memandangi wajah manis Niesha. Kadang, dia tak habis pikir. Kenapa tidak dia saja yang menjadi guru Niesha? Toh Niesha lebih jelas kalau dia yang mengajari. Lagian lumayan kan dapat guru seganteng dia. Hohohoho… narsisnya kau Gio.

“Dasar Bodoh! Nomer 11 rumusnya salah tau!” kata Gio sambil menjitak kepala Niesha.

“Aduh.. sakit tau!” kata Niesha sambil mendorong kuat tubuh Gio. Gio yang kehilangan keseimbangan pun refleks menarik lengan Niesha. Dan…

Bruukk…

Mereka pun dengan sukses jatuh dari atas kasur. Punggung seksi Gio pun langsung ‘berciuman’ dengan lantai, dengan tubuh mungil Niesha menindihnya. Gio membuka matanya, dan terpaparlah wajah super manis Niesha yang hanya berjarak kurang dari lima senti. Namun mata cokelat itu masih terpejam. Sungguh, Gio sangat kagum akan maha seni dihadapannya. Perlahan, Niesha membuka matanya. Cokelat dan hitam bertemu. Wajah Niesha langsung memerah begitu menyadari posisinya dengan Gio.

“Gi.. Gio.” Ucap Niesha lirih.

“Niesha.” Bisik Gio. Gio pun perlahan mendekatkan wajahnya ke Niesha. Dan…

Cieet…

“Gio, ini min…” Diandra pun tak dapat meneruskan kata-katanya begitu melihat posisi Gio dan Niesha.

Singg…

Diam masal selama beberapa menit…

“Ah, minumannya aku antar lain kali saja. Silahkan dilanjutkan.” Sambil tersenyum mesum, parasit itupun pergi meninggalkan Gio dan Niesha yang berwajah merah, persis kayak kepiting rebus terkena saus tomat dan darah, terus dilumuri sirup strawberry dan, yah intinya sih merah gitu aja. Niesha dan Gio pun berdiri.

‘Cih, Kakak sialan. Kalau dia tidak datang pasti aku sudah mencium bibir soft Niesha.’ Batin Gio gondok.

“Maaf ya tadi.” Ucap Niesha malu.

“Hn.” Ucap Gio datar, padahal dia berusaha keras menyembunyikan rasa malunya.

“Aku pulang saja deh, udah sore nih.” Niesha pun segera memberesi bukunya yang berserakan kemana-mana.

“Biar aku antar.” Gio lalu mengantar pulang Niesha. Diandra sih cuma senyam-senyum nggak jelas. Huff… Biarkanlah orang mesum itu.

--oo000oo—

Malam pun tiba. Mengganti teriknya malam oleh langit beludru hitam. Rintik-rintik hujan pun berjatuhan ke bumi. Sesekali, terdengar suara guntur menggelegar dengan angkuhnya.

“SHA! BUKA PINTUNYA!” Teriak Papanya keras sambil menggendor pintu kamar puterinya. Lagi, kejadian seperti malam lalu terjadi lagi. Niesha hanya terpuruk sambil terisak. Sebenarnya, ini semua terjadi saat Niesha mulai berani membantah Papanya yang suka memukuli Mamanya. Siapa sih yang tega membiarkan Mamanya dipukuli terus?

“Hiks… Tuhan, kenapa ini semua harus terjadi padaku? kemana perginya Papa yang ramah dan penyayang itu?” Bayangan masa lalu yang indah pun mulai membayangi Niesha.

--oo0oo--

Hari minggu yang cerah. Keluarga Niesha menghabiskan waktu liburannya di taman. Niesha yang saat itu berumur 5 tahun dengan ceria sibuk bermain ayunan dengan Papanya. Sedangkan Mamanya hanya duduk di bangku yang agak jauh dari mereka sambil memperhatikan puteri dan suaminya.

“Ayo, Papa. Ayun yang kuat. Bial Niesha sepelti bulung.” kata Niesha bersemangat.

Papanya hanya menuruti kemauan anaknya. Tapi, tiba-tiba Niesha jatuh.

“Kau tak apa kan, Sha?” kata Papanya cemas sambil menggendong puterinya.

“Niesha nggak apa-apa kok, Papa. Niesha kan kuat.” kata Niesha sambil mengeluarkan senyum andalannya.

“Papa, liat! ada balon!” kata Niesha berbinar-binar.

“Sha mau?”

“Um.” Niesha langsung mengangguk kuat. Papanya tersenyum dan segera membelikan Niesha sebuah balon besar bergambar panda.

“Liat, Mama! Nalu punya balon belgambal panda!” kata Niesha ceria sambil berlari menghampiri Mamanya.

“Ah, bagus sekali. Sudah bilang terima kasih belum sama Papa?” Tanya Mamanya sambil tersenyum lembut.

“Udah dong.”

“Kita makan siang dulu yuk?” Ajak Papanya.

“Ayo! Niesha pengen makan ayam goyeng!”

“Iya. Ayo.” kata Mamanya lembut. Mereka pun berjalan beriringan menuju restoran yang berada tak jauh dari tempat itu. Niesha tersenyum cerah dengan kedua tangannya digandeng oleh Papanya dan Mamanya. Sungguh, masa kanak-kanak yang bahagia.

--oo0oo--

Braakk… braakk… braakk… Suara gendoran pintu yang keras itu pun masih terdengar dengan lantangnya. Hingga, bingkai foto yang tergantung di pintu pun jatuh. Kaca yang membungkus foto itu pun pecah berkeping-keping, membuat foto itu pun mencuat. Perlahan, Niesha memungut foo itu. Foto yang menampilkan sebuah keluarga kecil yang bahagia, dulu…

“Hiks… Tuhan, bila aku boleh memilih, aku lebih memilih kehidupanku yang dulu. Walau hidup kami sederhana, yang perting kami bahagia. Dari pada hidup kami mewah seperti ini tapi sangat hancur. Tuhan, apakah dosa yang sudah kami perbuat hingga kau menghukum kami seperti ini?” kata Niesha di sela-sela isaknya. Niesha memungut sebuah serpihan kaca.

“Maafkan aku semua. Mungkin dengan ini semuanya akan segera berubah.” Bisik Niesha. Dengan itu pun, darah segera mencuat dari pergelangan tangan Niesha. Sebuah goresan dalam telah ia buat dengan serpihan kaca itu. Bau anyir menyeluar, gengan merah pun segera terbentuk. Perlahan, kesadaran Niesha hilang.

--oo000oo—

“Sha, kau sudah sadar!” ucap Mamanya cemas saat melihat kelopak mata Niesha mulai terbuka. Sudah semalaman Niesha terbaring di rumah sakit. Mungkin, kalau saat itu Papanya tidak menggebrak pintu Niesha, dia tak akan selamat.

“Mama.. aku dimana?” Tanya Niesha lemah.

“Kita ada di rumah sakit sayang. Kenapa kau sampai mencoba bunuh diri?”

“Itu…”

“Sha! Kau sudah sadar!” kata Gio cemas, dia baru saja memasuki ruang inap Niesha.

“Gio…”

“Kau, dasar bodoh! Kenapa kau berpikiran sedangkal itu sih? Apa sih yang ada di otakmu itu! Dasar Bodoh!” kata Gio memarahi Niesha, dia sangat khwatir. Niesha perlahan menangis.

“Maafkan aku, Gio.”

“Kau tau kan, orang tuamu sangat cemas. Hanya kau lah yang mereka miliki. Dan juga aku.” Kali ini nada suara Gio begitu lembut. Hingga Niesha terpengarah tak percaya, apa benar itu adalah Gio yang di kenalnya?

“Gio…”

“Sha, adayang ingin bertemu denganmu.” Kata Mamanya sambil menunjuk Papanya.

“Apa yang kau lakukan disini?!” ujar Niesha marah.

“Sha, Papa minta maaf. Papa mengaku salah atas semuanya.”

“Setelah semuanya terjadi Papa baru meminta maaf?” ucap Niesha masih marah.

“Maafkan Papa Sha.” Kata Papanya memelas. Niesha diam.

“Bodoh, bukannya ini semua yang kau inginkan dari dulu? Kenapa sekarag kau malah marah?” kata Gio pada Niesha. Niesha berfikir sejenak.

“Um… aku juga minta maaf, Papa.” Ujar Niesha sungguh-sungguh.

“Sha.” Dan keluarga kecil itu pun berpelukan. Gio minggir, hampir saja ia keluar dari ruangan itu saat sebuah suara memanggilnya.

“Gio, jangan pergi! Kau kan selalu ada di saat aku sedih, kenapa di saat aku bahagia seperti ini kau malah mau pergi sih!” kata Niesha sambil tersenyum lembut. Gio hanya mengangguk.

“Sha, Papa dan Mama pergi keruang dokter dulu, ya?” kata Mamanya lembut.

“Ya.” Kata Niesha yersenyum lembut. Mamanya dan Minati pergi. Gio langsung menghampiri Niesha dan duduk di tepian ranjangnya.

“Makasih ya, Gio. Kau benar, keluargaku kembali utuh.”

“Seorang Gio tak pernah bohong. Um.. Sha, selama ini kau menganggapku sebagai apa?”

“Aku sudah menganggapmu sebagai sahabatku sendiri.”

“Nggak lebih?” tanya Gio penuh harap. Wajah Niesha memerah.

“Maksudmu?”

“Aishiteru.” Ucap Gio sungguh-sungguh. Wajah Niesha semakin memerah. Dia diam, berfikir sejenak tentang perasaannya yang terdalam.

“Aku juga.” Ucap Niesha mantap. Mereka berdua bertatapan. Membagi kesungguhan lewat masing-masing tatapan. Gio langsung memeluk Niesha.

“Makasih ya, Sha.” Kaya Gio lembut. Niesha hanya membalasnya dengan memperkuat pelukannya. Gio lalu melepaskan peluknnya. Dia mendekatkan wajahnya ke Niesha. Menipiskan jarak diantara mereka, sedikit memiringkan wajah, dan…

Ceklek…

“Sha, katanya kau…” Diandra menghentikan kata-katanya saat melihat posisi Niesha dan Gio yang hampir berciuman.

“Maaf mengganggu lagi. Aku jenguk nanti saja. Silahkan dilanjutkan.” Diandra tersenyum gaje dan nyelonong pergi. Meninggalkan Niesha dan Gio yang cengo.

“Dasar Kakak pengganggu!” teriak Gio kesal. Niesha hanya cekikikan sendiri.

“Jadi, sampai mana kita tadi?” tanya Gio mesum. Diam sejenak…

“Hahahaha…” mereka pun tertawa bersama. Setidaknya mulai saat ini keceriaan ini tak akan berakhir.

--oo000oo—

TAMAT

--oo000oo—

Senin, 19 April 2010

CARA MEMBUAT BLOG

Masih dalam program pembuatan.